Senin, 04 Juni 2018
Dekati Pemilik Hati bukan Pembawa Hati
Assalamualaikum wr wb
22 tahun, itulah usiaku saat ini. Blog ini aku buat saat masih duduk di bangku SMP tepatnya kelas 2 SMP dan sekarang masih aktif saya gunakan sebagai tempat untuk berbagi cerita yang bisa bermanfaat bagi siapapun yang membacanya (jangan baca postingan dulu2, dijamin memalukan). Sudah cukup lama kalau dihitung2 usia blog ini di buat. Sekarang lagi bulan puasa sudah memasuki hari ke 19 puasa begitu cepat waktu berlalu. Di bulan ini banyak – banyakin berdoa beramal karena insya allah pahalanya dilipat gandakan dan doanya dijabah Allah. Dan bulan ini begitu besar rasa pasrahku pada-Mu ya robbi agar semua doa hamba engkau kabulkan. Karena saya belum pernah begitu menginginkan sesuatu dalam hidupku dengan jalan berharap sepenuhnya pada-Mu. Saya bukanlah ahli ibadah, saya juga bukan ahli agama, namun saya sangat sadar berharap pada manusia itu tidaklah membawaku pada kebahagiaan, tapi justru kekecewaan. Saya sadar keinginan saya kali ini sepenuhnya saya serahkan pada-Mu bagaimana pun hasilnya nanti,saya selalu berdoa agar doa saya dijabah diwaktu yang tepat nanti. Doa saya sederhana sekali, hanya ingin bisa bersama dengannya kelak di dunia dan akhirat. Saya sadar dia belum sepenuhnya baik, tapi saya selalu berusaha melihat sisi positifnya yang tidak dilihat orang lain. Beberapa orang mengatainya buruk, namun saya berusaha melihat kebaikan yang tidak dilihat orang lain atau yang mengatainya buruk. Saya berusaha mengenalnya lebih jauh sebelum menilainya karena saya sadar tidak semua penilaian orang sama. Dan tanpa saya sadari semua itu membuat saya ingin bersamanya di dunia dan di akhirat. Ini bukan semata karena penampilan fisik atau lain sebagainya, justru sebelumnya saya sudah berusaha menjauhi dia saat saya masih terbawa dengan ucapan orang tentangnya yang kurang baik. Namun Allah punya rencana lain, dia masuk kehidupanku tiba2 tanpa permisi dulu dan merubah semuanya dalam sekejap. Saya tidak pernah sungguh mengingikan sesuatu sebelumnya hingga membuat air mata saya terjatuh. Saya juga tidak ingin melalui proses yang tidak Allah ridhoi seperti pacaran. Pacaran terakhir saya saat SMA dan saya tidak mau mengulangi kesalahan yang sama dengan menjaga jodoh orang sudah cukup rasanya mendekati dosa. Namun ini juga pertama kalinya saya mencintai seseorang namun tidak ingin dekat dengannya setiap hari. Alaminya manusia jika sedang dilanda asmara selalu ingin bersama, selalu ingin menghubungi dan lain sebagainya. Alam bawah sadarku selalu menyadarkan ku untuk tidak melakukan kesalahan yang sama, sebisa mungkin saya berusaha menjauhinya, menahan diri untuk tidak menghubungi jika tidak penting dan bersikap senormalkan mungkin. Hanya saya masih manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dari dosa dari khilaf terkadang juga saya gagal menahan diri namun saya tidak pernah berhenti mencoba kembali. Saya belajar dari kisah nabi yusuf dan zulaika, dekati pemilik hatinya maka Allah datangkan sang pembawa hati padamu di waktu yang di takdirkan. Inginku demikian, memantapkan diri, dan mendoakannya hingga sang waktu menjawab doa –doaku. Tapi bukan berarti saya total menutup diri dengannya, tidak seperti itu. Layaknya teman pada umumnya saya bersikap dengannya namun jauh dilubuk hati saya yg terdalam saya yakin dia tau yang sebenarnya dan saya juga yakin ada yang dia tutupi dari saya entaah itu apa saya tdk tau semoga sesuatu yang baik. Intinya berharap sama Allah agar kecewa tidak datang di hati. Usia seperti ku memang sudah sewajarnya memikirkan pernikahan, tapi seburuk – buruknya saya, walau pun saya juga tidak sealim atau sesoleha wanita surga, saya selalu mengharapkan jodoh dunia dan akhirat yang membawa ke jannah dan harapanku itu bersama nya. Dia sudah selesai,ternyata dia selesai lebih dulu sekolah dari pada saya walau pun kami seangkatan tapi kami beda usia dan beda fakultas. Mendekati impianku ingin bersama dengn yang berbeda profesi kelak (aamiin). Sedih karena mungkin akan semakin jarang ketemu apalagi kalau dia sudah kembali ke tempat asal otomatis beda kota dan bahagia karena dia bertanggung jawab selesai tepat waktu tidak seperti kata orang yang menilainya kurang baik. Allah memang sebaik – baiknya menentukan takdir, kalau dulu saya tidak masuk dikampus ku yang sekarang ini, mungkinkah kami masih bertemu? Saya tidak tau, yang jelas setiap takdir Allah selalu ada baiknya di saat terakhir dan ini hal yang saya syukuri sekali sekarang. Walaupun sekarang saya kalah cepat selesai dengannya saya tetap yakin pasti ada hal baik lainnya yang tidak saya ketahui sedang menantiku didepan sana hingga di beri wisuda periode kedua. Belajarlah melihat sisi positif dari setiap masalah dalam hidup kita teman – teman.
Wassalamualaikum wr wb
Langganan:
Postingan (Atom)